Surat dari Zah

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Jika suatu saat nanti kamu membaca tulisan ini, maaf jika masih banyak kamu temukan kekurangan, karena aku baru belajar untuk ini.

Aku ingin kamu tahu jika motivasiku untuk bisa memulai menulis ini adalah kamu. Rasanya tidak adil jika aku hanya terus membaca tulisanmu, membiarkanmu menulis tentangku walaupun itu hanya sesekali. Aku sangat mengagumi tulisanmu, kata demi kata serta kalimat demi kalimat yang penuh makna.

Jujur, aku sangat menyukai semua tulisan-tulisanmu itu, termasuk beberapa tulisan tentangku. Jujur aku senang membacanya, membuatku harus senyum sendiri tanpa jelas, membuatku betah mengurung diri di kamar hanya ingin menikmati tulisanmu. Yah, walaupun katamu itu hanya fiktif belaka tapi aku senang.

Bagaimana kabarmu sang motivatorku?

Mungkin aku terlalu berlebihan memanggilmu seperti itu tapi aku suka karena memang kamulah motivatorku untuk bisa memulai tulisan ini.

Aku rindu.. maaf jika aku terlalu jujur, tapi itulah yang benar-benar aku rasakan saat ini.

Ketika rindu ini muncul aku lebih senang sendiri memainkan hpku, mulai menulis sedikit demi sedikit di layar hp yang kemudian aku save private. Itu semua untukmu. Itu semua ungkapan perasaanku, perasaan yang diliputi rasa rindu. Tidak satupun kubiarkan untuk membacanya, yang bisa mengetahuinya hanya aku dan malaikat yang selalu ada di sampingku menemani jika aku sedang menulis.

Kadang jika aku rindu, aku sering berbicara sendiri tanpa jelas. Aku ingin selalu tahu, bagaimana kabarmu, kamu sedang apa, apakah kamu baik-baik di sana. Bagaimana belajarmu, bagaimana makanmu.. semuanya selalu ingin aku tanyakan. Aku selalu berharap agar Tuhan selalu menjagamu, sahabatku.

Salah satu tujuan aku menulis ini, karena ingin mengungkapkan semua kekesalanku selama ini sama kamu.

Saat aku tahu kamu pergi, aku sangat kecewa. Kamu tidak pernah menanyakan itu sebelumnya kepadaku, padahal sebelum kamu pergi kita bertemu. Mungkin bagimu, buat apa itu semua harus aku ketahui.. bukankah aku juga memiliki hak untuk tahu itu? Aku sahabatmu!

Apakah seorang sahabat tidak memiliki hak itu? Saat itu kamu membuatku tidak bisa tidur cepat. Saat itu aku sangat kesal. Dan saat itu aku benar-benar berjanji untuk tidak menghubungimu lagi karena aku merasa aku tidak penting lagi untuk menjadi sahabat bagimu.

Malam itu aku masih ingat, kamu menghubungiku, menjelaskan kenapa kamu tidak memberi kabar sebelum berangkat karena ingin merahasiakan perantauanmu. Aku bisa mengerti, tidak semuanya harus aku tahu saat ini. Akan ada saatnya kamu akan menceritakan itu kepadaku, untuk itu aku selalu menunggu ceritamu.

Saat ini aku sudah berstatus sebagai alumni di salah satu perguruan tinggi. Katamu, kamu sangat bahagia saat mengetahui itu, tapi aku tidak yakin, bahkan kamu tidak memberikan ucapan selamat saat itu padahal aku sangat menunggu, apa itu yang namanya bahagia? Aku tidak membutuhkan bingkisan atau benda apapun itu atas pencapaianku, aku hanya ingin ucapan selamatmu.

Di sini aku juga sedang dalam perantauan.

Aku tinggal jauh dengan orang-orang yang aku cintai. Memang, awal menjalaninya sangat berat tapi lama kelamaan akan betah sendiri. Sepertinya apa yang kamu rasakan dan apa yang aku rasakan menjadi anak rantau hampir sama. Aku juga memiliki banyak teman baru, lingkungan yang baru, dan suasana belajar yang baru. Aku juga sudah punya sahabat walaupun tidak seperti kamu.

Entah kenapa, kalau aku punya sahabat baru aku selalu ingin membandingkan dia denganmu, sepertinya cuma kamu satu-satunya sahabat yang sangat baik yang aku miliki. Jika kamu bertanya kenapa begitu, yahh rahasiaa…

Saat aku menulis ini suasana hatiku sedikit kurang bersemangat.

Tadi, di kelas terjadi sesuatu yang membuat saya badmood sampai sekarang, teman kelompokku -yang tidak penting aku sebutkan namanya- mencengkeram lenganku sampai merah kebiru-biruan, saya masih merasakan sakitnya sampai sekarang. Saya tidak habis pikir masih ada laki-laki sekasar itu di muka bumi ini. Di situ aku membandingkan lagi dirimu dengan dia, semoga kamu tidak seperti itu. Malam nanti dan besok aku berencana untuk bolos kelas, saya tidak ingin badmood-ku makin menjadi-jadi saat melihat dia.

Haii,

Sekarang akhir bulan Oktober, itu artinya Desember sudah dekat. Tahun-tahun sebelumnya aku selalu tidak sabar untuk menunggu bulan Desember, karena bulan Desember jadwal kita untuk sharing time. Bertemu menghabiskan waktu berlama-lama untuk bercerita. Bercerita tentang apa saja yang telah kita lewati sebelas bulan terakhir ini.

Luar biasa kan persahabatan kita? Cuma butuh waktu sekali dalam setahun untuk bertemu. Mungkin itu yang membuat aku selalu rindu.

Tapi, bulan Desember tahun ini kita benar-benar tidak akan ketemu, bahkan tahun depan aku juga tidak yakin jika kita akan bertemu lagi. Saya sangat sedih dengan itu. Aku Rinduu..!

Aku masih ingat terakhir kita ketemu kamu memberikan buku “Kahlil Gibran” untukku. Tadinya mau aku bawa ke sini tapi kelupaan padahal sudah aku siapkan di atas lemari di samping koper pakaian yang akan saya bawa ke sini.

Hai,

Kamu benar-benar baik kan saat ini? Sudah lama tidak mendengar kabarmu.

Oh iyya, sekarang aku juga akan membiasakan untuk tidak terlalu aktif di sosial media seperti yang kamu lakukan, karena katamu tidak baik jika terlalu sering menggunakan sosial media. Sepertinya saya harus belajar bersabar dan menahan diri untuk itu. Biar aku juga bisa fokus belajar, bisa fokus mencapai targetku di sini. Aku masih ingat saat terakhir ketemu, kamu menegurku. Katamu, aku tidak bisa lepas dari handphone. Sekarang aku akan benar-benar membiasakannya untuk tidak terlalu tergantung dengan hp.

Cuaca di sini tidak begitu bagus yang membuat tubuhku beberapa hari membutuhkan istirahat. Selama saya di sini, lebih sering turun hujan. Kamu tahu, setiap hujan turun aku selalu mengingatmu. Kenapa? Karena aku selalu mengingat isi tulisan yang terakhir kamu kirimkan untukku.

Kediri, 25 Oktober 2017

Tinggalkan komentar