Untuk ayah

Untuk Ayah,

Kali ini sudah pukul 13:09 di siang hari, Kota Makassar cerah, sangat panas. Di ruang kuliah tadi aku hanya merasakan gerah. Tak bisa konsentrasi dengan pelajaran. Meski bukan hanya itu penyebabnya.

Bagaimana keadaanmu, Yah? Aku harap selalu dalam lindungan Tuhan. Di sini aku baik-baik saja –secara fisik- tentang kuliahku, hari ini banyak sekali tugas yang harus aku tulis dan aku kumpul. Tugas dari dosen dan juga dari lab. Yah, bukan hanya hari ini, lebih tepatnya setiap hari, seperti itu.

Mungkin teman-teman kelompokku di lab sudah mencariku untuk mengumpul laporan, jurnal dan tugas lainnya… sementara aku hanya berdiam diri di sini.

Iya Ayah, hari ini aku membolos, tidak masuk lab. Meski aku benci melakukannya, banyak tugas lain yang harus aku kerjakan, mengejar ketertinggalanku.

Maafkanlah, Ayah. Akhir-akhir ini aku sangat malas mengerjakan tugas. Pergi kuliah juga begitu.

Maafkanlah Ayah, akhir-akhir ini aku mulai jenuh dengan semua yang ada di sini. Aku bosan setiap hari hanya itu-itu saja yang aku dapati. Semangat-semangatku yang menggebu-gebu di awal2 kuliah dan di setiap awal semester sedikit demi sedikit terkikis. Dan mungkin sekarang sudah mencapai titik terendahnya.

Maafkan aku, Ayah.

Makassar, 21 Oktober 2014

Tinggalkan komentar