Pergilah, Aku Tak Akan Mengharapkanmu Lagi di 2016

Senja yang menyimpan kisah

Sebenarnya, ini bukan murni kata-kataku, kalimatku. Aku begitu sulit memulai dari mana menuliskannya, pikiranku selalu kacau saat mencoba mengisahkannya, aku tak bisa konsentrasi saat menulis dan mengerjakan tugas-tugasku. Akhirnya, aku meminjam sebuah tulisan yang kurasa sedikit bisa menggambarkan perasaanku.

Maaf, aku tak akan mengharapkanmu lagi di tahun 2016

Hey kamu,

Aku menghabiskan setiap hari hampir sepanjang dua tahun terakhir ini dengan menyukaimu, mengharapkanmu.

Sebenarnya tak perlu keras-keras kukatakan, bahwa aku menghabiskan sepanjang tahun dengan terjebak dalam perasaan ini terhadapmu. Bahkan ketika kehidupanku berkembang saat kau dengan kejamnya pergi dengan alasan yang tidak bisa kupahami. Kau masih terkadang berkeliaran di kepala, meski sudah keras aku berusaha menepisnya. Seharusnya aku tak perlu berlebihan seperti itu. Seharusnya aku lebih sanggup untuk membebaskanmu. Membalaskan dendam dengan melupakan semua kesedihan, dilema, kesetiaan, dan luka.

Aku menghabiskan setiap hari hampir sepanjang dua tahun terakhir, berusaha keras untuk membangun hubungan yang dewasa, namun kenyataannya kau tetap tidak bisa memahamiku.

Aku merindukanmu ketika kita masih bersama. Aku merindukanmu di setiap momen, di setiap kenangan akan hal-hal kecil yang bahkan tak kamu sadari. Di setiap kalimat manis yang keluar dari bibirmu. Di setiap sapaan pagimu yang merdu. Di setiap percakapan yang membuatku amat merindu. Aku ingat semua. Bahkan setelah kamu pergi di saat aku justru telah percaya padamu. Aku menanti sapaanmu saat pagi yang dingin. Menyapaku tatkala senja, kemudian malam menyelimuti tempat kita berpijak.

Aku tidak tahu pasti apa yang mengganggu pikiranmu sehingga dengan teganya pergi tanpa pernah memberi penjelasan. Mungkinkah karena begitu jarangnya aku menyapa dan menemuimu karena kesibukanku akhir-akhir ini? Tapi kupikir kau mengerti dengan hal itu. Ataukah kau yang tak bisa menahan rasa cemburu saat melihatku dekat dengan sahabat-sahabatku, sesuatu hal yang jarang kutunjukkan denganmu? Ataukah ada alasan lain? Kau tak pernah ingin bercerita, dan akhirnya aku memutuskan untuk tak ingin tahu. Apa hak saya untuk memaksamu?!

Aku menghabiskan tiga ratus enam puluh lima hari dikali dua dengan perasaan yang begitu dalam padamu dan aku seratus persen mengharapkanmu. Kupikir kita akan terus seperti ini, seperti yang pernah kita utarakan bersama, berjanji. Namun rasanya aku semakin tak mampu lagi menahan rasa kecewa dan dilema yang menyebalkan ini. Kau bahkan lupa dengan janjimu! Jadi kuputuskan, 2016 adalah penanda bahwa aku tak akan lagi mengharapkan sosokmu di sisiku.

Pergilah, aku tak akan mengharapkanmu lagi di 2016!

Masih jelas dalam ingatanku, malam begitu dingin saat itu, malam ke-20 di bulan ke-11, 2015 dalam hitungan Masehi, aku meng-iyakan inginmu. Berhenti terlihat bodoh mempertahankan sesuatu yang tidak pernah saling memahami.

“aku sempat berpikir demikian,…” sahutku. Sambil menatap layar laptop di depanku. Lalu seraya menahan kecewa. Serta dikuatkan oleh kebenaran yang terbesit di benakku, aku pun berucap; “baiklah kalau begitu…”

Memang tak akan semudah itu – bahwa perasaan terhadap seseorang tak akan luntur dengan mudah meskipun jarum jam di akhir tahun telah bergerak ke awal baru. Aku tahu bahwa perasaan ini akan terus berkecamuk di dalam pikiranku sebelum akhirnya kamu tak lagi mengganggu isi otakku.

Namun ada hal yang kuingin kamu tahu. Tahun 2016 adalah tahun saat aku akhirnya memutuskan untuk berhenti menyakiti diri sendiri. Menciptakan sakit dengan mengharapkanmu. 2016 adalah tahun dimana aku berhenti membandingkan setiap orang yang kutemui denganmu. Karena akan lebih mudah untuk mencampakkan mereka begitu saja daripada benar-benar menjalin hubungan dengan mereka. 2016 adalah tahun dimana akhirnya aku menerima diriku seutuhnya dan memilih untuk memperjuangkannya.

Aku tahu bahwa rasanya tak mungkin lagi untuk mengurus hal-hal yang telah terjadi. Ini adalah tahun saat kemenanganku hanya milikku seorang. Karena setiap tantangan dan kemenangan yang aku dapatkan tak ada hubungannya dengan hadirmu. Kamu yang tak lagi kurasa. Ini adalah tahun untuk aku akhirnya menerima setiap kemenangan dan kegagalanku sendiri. Tahun untuk aku benar-benar tahu bahwa aku mampu.

Tahun ini adalah tahun dimana aku akan benar-benar ada. Dimana aku akan tersenyum dengan sahabat-sahabatku dan juga kesibukan-kesibukanku dan tak akan membandingkannya dengan senyumanmu. Dimana aku akan memulai hal baru dan tak akan peduli jika ada orang yang tak menyukai. Dimana aku akan merencanakan masa depan secara matang-matang, karena masa depanku hanya aku yang tahu. Dan dimana aku akhirnya membiarkan diriku sendiri mengambil alih setiap aspek kehidupan yang ada dan mengubahnya menjadi sesuatu yang aku impikan.

Dan ketika dentang jam telah masuk tahun 2016 dan telah menghampiri pertengahan bulan pertama, aku yakin kamu lebih baik tanpa aku yang yang selalu mengganggu hari-harimu.

Waktu berganti. Jarum jam tak mampu membuat kita kembali. Kuharap kamu bahagia di keseharianmu. Karena aku yakin mampu untuk menjadi diriku yang sebenarnya. Sendiri. Dan aku tak punya sisa waktu untuk ragu membebaskanmu. Aku tak punya lagi waktu untuk tenggelam dalam kenanganmu.

Dan maaf, aku tak akan merindukanmu lagi di 2016.

Rabu, 13 Januari 2016

Tinggalkan komentar