Kami menyebutnya ‘Pejuang 22/11’

Tiga bulan terakhir, sejak Oktober 2016 kami betul-betul ‘menikmati’ perjuangan untuk meraih gelar sarjana tahun ini. Dari matahari terbit hingga terbenam kami melakukannya, tiap hari (bahkan kadang di hari libur) memburu waktu deadline yang telah ditetapkan universitas untuk pengumpulan berkas untuk ujian sidang ~sebagai syarat jika ingin mengenakan toga tahun ini; 22 November!!

Itulah mengapa perjuangan ini, kami menyebutnya ‘Pejuang 22/11″

Menunggu dan mengejar-ngejar pembimbing, revisi berkali-kali, pengurusan administrasi yang lumayan ribet.. de es te… bahkan sampai menangis.. sudah menjadi santapan kami. Terlihat lebay, tapi begitulah kenyataannya. Perjuangan ini patut kami kenang bersama 22 orang teman seperjuangan.

Untungnya, kami sabar melewatinya. Kami saling menguatkan, membantu, menyemangati, mengingatkan.. tak malu kami saling berbagi keluh kesah meski sama-sama punya masalah. hihih..

 

Sibuk. semua sibuk. revisi skripsi, buat slide untuk seminar hasil, bagi undangan seminar dan ujian sidang, menyiapkan berkas2… dan seterusnya. jempol untuk semangat kalian!

 

Lihatlah ekspresi lelah namun tetap bersemangat, ini sudah sore.
Bukan, ini sudah lewat sore, lebih tepatnya hampir magrib. Kami masih bertahan di kampus, lebih tepatnya lantai satu fakultas bawah tangga yang kami jadikan tempat ngumpul. Masih ada yang bisa dan harus kami lakukan.

 

Ini di ruang dekan. sabar menunggu sampai sekitar 4 jam hanya untuk mendapatkan tandatangan seorang dosen. Bahkan sampai lupa kalau belum makan siang. hahah

 

Ceritanya, itu yang bawa map kasi tahu ke kami tentang info dosen 😀
sebelum dia pergi bagi undangan; “eh, infokan ya kalau lihat dosen *ini itu nah”

Lihat: Pejuang 22/11 Itu Akhirnya Yudisium Juga

Apa komentar kamu?